What sins mean to you?
Ada saat-saat dalam detik-detik penggalan hidupku ketika rasio berpikir mengajakku untuk sepakat menganggap bahwa dosa, kesalahan, atau apapun larangan Tuhan adalah sesuatu yang sepele. Dosa sama halnya seperti utang-utang yang bisa kita lunasi lain waktu dan pahala adalah kredit yang kita miliki yang kelak menjadi intensif bagi kita. Shalat-shalat yang kutinggalkan, seribu rupiah untuk pengemis dan dhuafa yang aku acuhkan dan sepuluh ribu rupiah yang ikhlasnya kuboroskan untuk makan malam. Mata-mata yang tidak berkedip memandang yang tidak halal. Lelucon dan kebohongan yang serasa spontan keluar dari mulut, yang entah telah berapa kali menyakiti hati banyak orang. Dan sekian dosa lain yang kini kulupakan karena menyepelekan. Aku bisa meminta maaf ke orang-orang yang kubohongi dan kusakiti, aku bisa meng-qadha shalat-shalat yang terlewat, aku bisa berpuasa untuk menambah pahalaku dan mendekatkan diriku lagi pada-Nya, aku akan menyedekahkan uangku di lain kesempatan. Justifikasi dan jawaban yang kini membuatku ragu, apakah lantas semua bisa berjalan sesuai rancana tanpa menimbulkan cela lain terhadap diriku di kemudian hari.
Ada saat-saat dalam detik-detik penggalan hidupku ketika rasio berpikir mengajakku untuk sepakat menganggap bahwa dosa, kesalahan, atau apapun larangan Tuhan adalah sesuatu yang sepele. Dosa sama halnya seperti utang-utang yang bisa kita lunasi lain waktu dan pahala adalah kredit yang kita miliki yang kelak menjadi intensif bagi kita. Shalat-shalat yang kutinggalkan, seribu rupiah untuk pengemis dan dhuafa yang aku acuhkan dan sepuluh ribu rupiah yang ikhlasnya kuboroskan untuk makan malam. Mata-mata yang tidak berkedip memandang yang tidak halal. Lelucon dan kebohongan yang serasa spontan keluar dari mulut, yang entah telah berapa kali menyakiti hati banyak orang. Dan sekian dosa lain yang kini kulupakan karena menyepelekan. Aku bisa meminta maaf ke orang-orang yang kubohongi dan kusakiti, aku bisa meng-qadha shalat-shalat yang terlewat, aku bisa berpuasa untuk menambah pahalaku dan mendekatkan diriku lagi pada-Nya, aku akan menyedekahkan uangku di lain kesempatan. Justifikasi dan jawaban yang kini membuatku ragu, apakah lantas semua bisa berjalan sesuai rancana tanpa menimbulkan cela lain terhadap diriku di kemudian hari.
Ketika Nabi Adam dan Siti Hawa berada di surga, Allah mengkaruniakan segala yang ada di surga untuk kenikmatan mereka berdua kecuali satu hal yang Allah larang, agar mereka tidak mendekati "asy-syajarah", sebuah pohon (--nama pohon tidak disebutkan dalam al-Quran--). Namun waktu membuktikan, Nabi Adam terbujuk rayuan syaithan. Mereka mendekati asy-syajarah dan memakan buahnya. Peristiwa yang menjadi sebab kita semua, keturunannya, menghuni muka bumi. Sesaat setelah Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar larangan Allah, terlepaslah busana surga yang mereka kenakan sehingga aurat mereka tersingkap. Mereka merasa malu, hingga mencari dedaunan surga untuk menutupi auratnya.
Mengapa Nabi Adam malu ketika auratnya tersingkap? tidak lain karena aurat adalah aib. Tidak ada orang yang ingin auratnya terlihat, kecuali di tempat-tempat tertentu. Hanya orang yang sedang berada dalam gejala kejiwaan yang tidak normal yang tidak malu memperlihatkan auratnya di depan umum.
Melakukan perbuatan yang melanggar apa ditentukan oleh Allah bisa jadi sebuah sebab dari apa yang kini kita peroleh pada kehidupan. Aib-aib kita terbuka, kehormatan diri kita hilang, aura keshalihan dan cahaya kejujuran pudar dari kita. Sejarah yang kita baca dari Al-Quran tentang Nabi Adam telah mengajarkan demikian. Tak perlulah disebutkan bagaimana kedekatan Nabi Adam kepada Tuhan. Sehingga rasanya begitu menakutkan, ketika membandingkan konsekuensi apa yang hendak Allah berikan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan kita, ketika tahu bahwa Nabi Adam yang menjadi makhluk yang dimuliakan Allah, harus turun dari surga yang penuh kenikmatan menuju tanah bumi yang menantang.
Allah mengajarkan Nabi Adam untuk bertaubat dengan berdoa yang diabadikan dalam al-Quran:"Robbanaa dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuunannaa minal khoosiriin".
Sebuah do'a Imam 'Ali: "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang dapat meruntuhkan penjagaanku".